Bagi Anda yang berkecimpung dalam dunia kimia, biasanya sudah pernah membaca hasil uji biuret. Hasil dari metode analisa ini berupa identifikasi keberadaan protein dalam suatu sampel. Dari hasil uji biuret, kita dapat mengetahui kandungan protein atau peptida dan berapa besar konsentrasinya.
Identifikasi protein dalam makanan berguna untuk berbagai aplikasi contohnya dalam farmasi, industri makanan, maupun kimia. Hasil uji biuret menginterpretasikan kondisi tertentu pada sampel yang diuji. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui penjelasan hasil uji biuret serta faktor yang memengaruhinya. Simak informasi selengkapnya mengenai hasil uji biuret serta faktor yang memengaruhinya berikut ini.
Daftar Isi
Apa itu Uji Biuret?
Hasil uji biuret didapatkan setelah melalui rangkaian proses pengujian. Uji biuret sendiri merupakan metode kimia yang fungsinya untuk mendeteksi keberadaan protein atau peptida dalam suatu sampel. Keberadaan protein dideteksi apabila pada reaksi antara ion tembaga (II) dengan ikatan peptida dalam kondisi basa menghasilkan warna ungu.
Intensitas warna ungu kemudian diukur secara kuantitatif dengan alat ukur yang sesuai. Tujuan uji biuret yakni untuk mendeteksi seberapa banyak konsentrasi protein atau peptida dapat diaplikasikan secara praktis dalam bidang kimia, farmasi, maupun industri makanan.
Bagaimana Hasil Uji Biuret Diperoleh?
Hasil uji biuret diperoleh apabila terjadi reaksi antara ion tembaga (II) dengan peptida dalam kondisi basa. Sampel yang mengandung protein apabila terjadi reaksi tersebut akan menghasilkan kompleks warna yang dapat diukur. Berikut adalah mekanisme hasil uji biuret dapat diperoleh.
Warna Kompleks
Sampel yang diuji akan diberi reagen biuret untuk menghasilkan reaksi peptida. Apabila sampel tidak menunjukkan perubahan warna atau hanya berubah menjadi biru muda, maka kandungan protein pada sampel sangat sedikit atau malah tidak ada sama sekali.
Berbeda jika terdapat pembentukan warna ungu pada sampel. Pembentukan warna ungu adalah tanda bahwa sampel mengandung protein. Konsentrasi protein dalam sampel berkaitan dengan intensitas warna ungu yang dihasilkan.
Pengukuran Absorbansi
Apabila pengujian sampel sudah menimbulkan reaksi yang diinginkan, maka selanjutnya adalah mengukur absorbansi larutan. Pengukuran ini menggunakan spektrofotometer. Dengan alat tersebut, intensitas warna ungu dapat diukur untuk menentukan konsentrasi protein sebagai hasil uji biuret akhir.
Intepretasi Hasil
Hasil uji biuret negatif apabila dalam reaksi ion tidak muncul perubahan warna. Sampel tidak berubah warna atau hanya berubah menjadi biru muda. Hasil yang negatif menginterpretasikan tidak adanya kandungan protein atau sangat rendah.
Sementara bila dikatakan positif apabila hasil uji biuret menunjukkan pembentukan warna ungu. Konsentrasi protein dalam sampel berkaitan dengan intensitas warna ungu yang dihasilkan. Semakin pekat maka semakin tinggi juga konsentrasinya.
Faktor yang Mempengaruhi Hasil Uji Biuret
Saat melakukan uji biuret, hasil uji dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan keandalannya, maka perlu Anda perhitungkan. Beberapa faktor yang memengaruhi hasil uji biuret, yaitu:
- pH Larutan: Reaksi Biuret memerlukan kondisi basa, biasanya dicapai dengan menambahkan natrium hidroksida. pH yang tidak tepat dapat mempengaruhi hasil.
- Konsentrasi Reagen: Konsentrasi tembaga(II) sulfat dan natrium hidroksida harus sesuai dengan protokol untuk mendapatkan hasil yang akurat.
- Waktu Reaksi: Waktu yang diperlukan untuk pembentukan warna ungu harus diikuti dengan ketat. Reaksi yang terlalu cepat atau terlalu lambat dapat mempengaruhi hasil.
- Gangguan Zat Lain: Kehadiran zat lain yang dapat bereaksi dengan tembaga(II) atau memiliki sifat pengompleksan dapat mengganggu hasil uji.
Kesimpulan
Hasil uji biuret adalah hasil akhir yang didapatkan setelah serangkaian proses uji biuret. Untuk mendapatkan hasil uji biuret, Anda harus meletakkan sampel dan menambahkan ion tembaga (II). Kemudian hasilnya diperoleh dengan mengamati perubahan warna yang mana perubahan warna ungu menandakan adanya protein. Lalu reaksi tersebut diukur absorbansinya dengan spektrofotometer. Faktor pengaruh hasil uji biuret perlu diperhitungkan untuk memastikan keandalannya.