Kenali Uji Tanin dan Jenis-jenis Metode Pengujiannya

uji tanin

Tanin merupakan senyawa yang terkandung di beberapa bahan makanan seperti teh dan kopi. Meski banyak manfaat yang ditawarkan oleh senyawa tanin, tetapi tanin memiliki efek samping bila kadarnya berlebihan. Untuk mendeteksi kadar tanin, umumnya produsen melakukan uji tanin. 

Produsen olahan pangan memanfaatkan uji tanin untuk mengukur kadar tanin dan menguranginya, sehingga produk akhir yang akan dipasarkan memiliki kadar tanin yang rendah. Uji tanin dengan metode tertentu sangat penting, terutama di industri pangan karena membantu produsen untuk memastikan produk makanan yang diproduksi memiliki kualitas yang stabil. 

Apa yang dimaksud Uji Tanin?

Uji tanin adalah pemeriksaan kadar tanin yang terdapat di suatu makanan. Kadar tanin harus dideteksi untuk memastikan jumlahnya tidak lebih dari batas yang diizinkan. Tanin berkaitan dengan antioksidan yang baik untuk tubuh, namun bila tanin dikonsumsi secara berlebihan bisa menyebabkan masalah lain.

Oleh karena itu, uji tanin penting untuk dilakukan agar kualitas dan konsistensi produk makanan dapat dijaga. Setelah kadar tanin diketahui dari hasil uji tanin, produsen bisa menentukan tindakan pengurangan atau penghilangan kadar tanin. 

Jenis Jenis Metode Uji Tanin

Ada beberapa jenis makanan yang mengandung senyawa tanin, misalnya kopi, teh, cokelat, dan wine. Di setiap jenis makanan, sifat dan karakter tanin juga mengalami perbedaan. Berdasarkan jenis makanan yang dianalisis, jenis tanin, dan tujuan analisis, penggunaan metode uji tanin perlu disesuaikan. Jenis-jenis metode uji tanin antara lain:

Metode Vanillin-HCl (Metode Vanillin)

Salah satu metode uji tanin yang bisa digunakan adalah metode vanilin. Cara kerja dari metode ini yaitu dengan menggunakan larutan vanilin yang ada pada asam klorida untuk mengetahui reaksi tanin. Reaksi tanin yaitu menghasilkan warna merah atau coklat. Kemudian reaksi tersebut diukur dengan spektrofotometrik. Langkah-langkahnya seperti berikut.

Prosedur:

  1. Campurkan sampel makanan dengan larutan vanilin dan asam klorida.
  2. Panaskan campuran dalam air mendidih selama beberapa waktu.
  3. Dinginkan campuran dan ukur absorbansi pada panjang gelombang tertentu menggunakan spektrofotometer.

Interpretasi Hasil:

Penghitungan kadar tanin dari metode vanilin ini yaitu dengan mengukur absorbansi. Setelah itu, hasil penghitungan dikalibrasi dengan standar tanin untuk melihat perbandingannya.

Metode Folin-Ciocalteu

Kadar tanin dalam makanan juga bisa dideteksi dengan metode folin-ciocalteu. Di metode ini, reaksi tanin diuji dengan reagen folin-ciocalteu yang teroksidasi. Indikatornya adalah sampel yang diuji akan menghasilkan warna biru. Lalu spektrofotometrik digunakan untuk mengukur dan menganalisa kadarnya. Cek prosedur lengkapnya dibawah ini.

Prosedur:

  1. Campurkan sampel makanan dengan reagen Folin-Ciocalteu dan larutan natrium karbonat.
  2. Biarkan campuran bereaksi dalam kondisi tertentu.
  3. Ukur absorbansi pada panjang gelombang tertentu menggunakan spektrofotometer.

Interpretasi Hasil:

Bilamana proses uji tanin dengan metode folin selesai, interpretasi hasil bisa dilakukan dengan menghitung absorbansi dalam sampel yang mengandung tanin. Hasil kemudian dikalibrasi dengan standar tanin sebagai landasannya.

Metode BSA (Bovine Serum Albumin) atau Metode Protein Precipitation

Metode BSA ini adalah metode uji tanin yang menghitung penurunan protein pada makanan yang diuji. Di dalam metode ini, turunnya protein pada makanan dipicu oleh senyawa tanin. Sementara itu, metode pengukurannya bisa menggunakan spektrofotometri atau kolorimetri. Nah, berikut adalah prosedur pengujiannya.

Prosedur:

  1. Campurkan sampel makanan dengan larutan BSA atau protein standar.
  2. Biarkan campuran bereaksi dalam kondisi tertentu.
  3. Tambahkan larutan pengendap untuk mengendapkan protein yang mengandung tanin.
  4. Ukur konsentrasi protein yang tersisa menggunakan metode kolorimetri atau spektrofotometri.

Interpretasi Hasil:

Konsentrasi protensi dalam sampel yang menurun secara signifikan diindikasikan sebagai adanya kandungan tanin. Sampel dengan kandungan tanin lebih tinggi akan menurunkan konsentrasi protein.

Kesimpulan

Produk makanan yang tinggi antioksidan umumnya memiliki kadar tanin yang tinggi. Untuk memastikan kualitasnya baik dan sesuai regulasi, kadar tanin harus dikontrol dengan uji tanin. Proses uji tanin dilakukan dengan berbagai metode. Pilih metode uji tanin berdasarkan sampel makanan, jenis tanin, dan tujuan pengujian. Metode tanin yang tepat membantu interpretasi hasil uji tanin lebih akurat dan sesuai harapan.