Prinsip Uji Barfoed Adalah Mencari Gula Pereduksi Monosakarida

prinsip uji barfoed

Karbohidrat menjadi zat yang dibutuhkan tubuh untuk sumber energi dan berguna untuk mencegah tumbuhnya ketosis, dan membantu menurunkan risiko terkena berbagai penyakit. Karbohidrat dapat diklasifikasikan menjadi berbagai macam berdasarkan kemampuan untuk mereduksi senyawa dimana didalamnya terdapat zat bernama monosakarida dan disakarida. Kandungan kedua zat tersebut dalam sumber karbohidrat perlu diuji melalui uji Barfoed.

Uji Barfoed adalah metode yang digunakan untuk analisis kimia yang membedakan antara monosakarida dan disakarida menggunakan reaksi reduksi. Mekanisme pengujian ini dibuat berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gula reduksi monosakarida yang menghasilkan endapan merah bata.  Reagen Barfoed dibuat dari tembaga asetat dalam larutan encer asam asetat. 

Dalam pengujian ini terjadi perbedaan waktu munculnya endapan hasil reaksi yang membantu membedakan monosakarida pereduksi dan disakarida pereduksi. Hal tersebut terjadi karena karena pH asam tidak mendukung reduksi, monosakarida yang merupakan zat pereduksi kuat, akan bereaksi dalam waktu sekitar 1-2 menit. Namun disakarida pereduksi memerlukan waktu yang lebih lama yaitu sekitar 7-8 menit, karena dihidrolisis terlebih dahulu larutan asam kemudian direaksikan dengan reagen. 

Hal tersebut bisa terjadi lantaran terjadinya perbedaan kandungan zat monosakarida dan disakarida sewaktu bertemu dengan larutan asam. Untuk lengkap mengenai prinsip uji Barfoed ini dapat Anda simak selengkapnya dalam pembahasan berikut!

Komposisi Uji Barfoed

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya Uji Barfoed digunakan dalam mengidentifikasi jenis karbohidrat terutama monosakarida seperti maltose, glusa dan fruktosa. Pengujian ini hanya dapat dilakukan dalam suasana asam untuk dapat menghasilkan endapan berwarna merah bata.  Pereaksi Barfoed memiliki komposisi yang terdiri dari kupri asetat atau larutan tembaga (II) asetat 0,33 yang dilarutkan dalam asam asetat 1% dalam air dan ditambahkan untuk membedakan antara monosakarida dengan disakarida.. 

Reaksi Kimia Dasar dari Uji Barfoed

Dari penjelasan sebelumnya Anda telah mengetahui bahwa pengujian karbohidrat ini menggunakan reaksi reduksi dari campuran larutan Barfoed dengan  larutan sampel yang diuji untuk mendeteksi keberadaan monosakarida. Reduksi tembaga (II) asetat menjadi tembaga (I) oksida Cu2 O yang membentuk endapan berwarna merah bata mengalami reaksi kimia dasar. Adapun berikut ini adalah reaksi kimia dasar dari uji Barfoed diantaranya :

  • Pereaksi Barfoed bereaksi dengan gula pereduksi (Monosakarida) dalam sampel yang menghasilkan enediol yang kemudian mengalami reduksi dengan ion tembaga yang dilepaskan oleh tembaga asetat.
  • Enediol ini akan menghasilkan endapan merah yang menempel di dasar tabung reaksi. endapan merah yang dihasilkan tersebut menandai kehadiran monosakarida pereduksi dalam sampel yang diuji.

Prosedur Uji Barfoed

Untuk melakukan pengujian Barfoed Anda perlu memahami bagaimana jalannya pengujian yang sesuai sistematika uji Barfoed. Anda dapat mengikuti langkah-langkah berikut ini untuk mengetahui prosedur Uji Barfoed secara tepat. Adapun prosedur uji Barfoed dapat diantaranya :

  1. Persiapan Tabung Reaksi, hal pertama yang perlu Anda lakukan adalah menyiapkan tabung reaksi dan beri label pada tiap tabung agar larutan yang diuji tidak tertukar.
  2. Menambahkan pereaksi Barfoed, dengan memasukkan 2,5 ml pereaksi/reagen Barfoed dalam tabung reaksi
  3. Selanjutnya tambahkan sampel karbohidrat dengan menambahkan, 0,5 ml sampel karbohidrat ke dalam tabung dan campurkan dengan sampurna
  4.  Panaskan campuran reagen tersebut dalam water bath selama 2 menit dan biarkan dingin  dengan cara didinginkan di bawah air kran.
  5. Setelahnya lakukanlah observasi dengan mencatat waktu dan perhatikan perubahan warna dan munculnya endapan. Apabila terbentuk endapan merah dibagian paling bawah tabung menandakan uji Barfoed positif mengandung monosakarida pereduksi.

Kompleksitas Karbohidrat dari Uji Barfoed

Meskipun prosedur yang dilakukan dalam uji Barfoed cenderung lebih praktis  namun, pengujian ini tidak bisa dikatakan sesimpel yang Anda bisa bayangan karena Anda harus mengenal sejumlah senyawa agar tidak salah menerapkan pengujian dengan metode Barfoed ini. Dalam auji ini, karbohidrat pereduksi akan bereaksi dengan pereaksi  Barfoed yang terdiri dari asam asetat glasial dan Kristal kupri sulfat netral. 

Karbohidrat pereduksi akan menghasilkan endapan yang berbeda-beda tergantung pada struktur molekul dan konsentrasi karbohidrat. Berdasarkan waktunya pun disakarida lebih lambat dalam memberikan hasil endapan dari pada monosakarida yang lebih cepat menunjukkan hasil endapan sehingga hal tersebut bisa digunakan untuk membedakan keduanya. Sejalan dengan kompleksitasnya beberapa contoh hasil uji Barfoed untuk beberapa jenis karbohidrat untuk beberapa jenis karbohidrat :

  • Glukosa: menghasilkan endapan yang cepat
  • Fruktosa: menghasilkan endapan yang cepat
  • Laktosa: menghasilkan endapan yang cepat
  • Maltosa: menghasilkan endapan yang cepat
  • Sukrosa: menghasilkan endapan yang cepat
  • Pati: menghasilkan endapan yang lambat
  • Selulosa: menghasilkan endapan yang lambat

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Uji Barfoed

Hasil pengujian tidak selamanya dapat memberikan hal yang terbaik, sejumlah hal dapat turut mempengaruhi hasil uji Barfoed. Kegagalan hasil uji Barfoed dapat terjadi karena faktor eksternal maupun internal dari sampel yang diuji kualitas larutan Barfoed maupun  kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhinya. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi hasil uji Barfoed yang perlu Anda ketahui diantaranya :

  1. Konsentrasi karbohidrat yang lebih besar dapat menghasilkan endapan yang lebih cepat dan lebih banyak. Hal ini mempengaruhi kecepatan reduksi karbohidrat oleh pereaksi barfoed.
  2. Tipe karbohidrat yang diperiksa mempengaruhi hasil uji dimana uji barfoed dibedakan antara karbohidrat pereduksi (monosakarida) dan tidak pereduksi (disakarida). Karbohidrat pereduksi akan menghasilkan endapan bata merah sebaliknya disakarida tidak dapat menghasilkan endapan.
  3. Suasana asam juga mempengaruhi hasil karena pengujian ini sangat bergantung pada suasana asam. Suasana asam ini dapat mengakibatkan waktu terjadinya pengendapan kupro oksida pada reaksi dengan disakarida dan monosakarida berbeda.
  4. Penggunaan pereaksi, larutan pereaksi barfoed terdiri dari kupri asetat dan asam laktat. Pereaksi ini dibuat dalam suasana asam yang akan direduksi lebih cepat oleh karbohidrat pereduksi.
  5. Teknik pengujian yang digunakan seperti panas dan waktu inkubasi juga mempengaruhi keberhasilan pengujian. Waktu pemanasan dan inkubasi harus tepat untuk mencegah kegagalan uji barfoed.

Kesimpulan

Prinsip dasar uji Barfoed  berpaku pada reduksi Cu2+  menjadi Cu+ oleh gula reduksi (monosakarida) dalam suasana asam. Larutan Barfoed mengandung kupri asetat yang dilarutkan dalam akuades dan ditambahkan dengan asam laktat. Kondisi asam ini memungkinkan monosakarida pereduksi untuk bereaksi lebih cepat dengan larutan Barfoed sebaliknya disakarida bereaksi lebih lambat. Hasil uji yang didapatkan dapat dilihat dari perubahan warna endapan yang terbentuk yaitu berwarna merah bata yang menunjukkan adanya gula monosakarida pereduksi.