Dalam pengujian Fehling yang digunakan untuk mendeteksi adanya gula pereduksi dalam suatu sampel uji menggunakan larutan fehling yang untuk menghasilkan data uji berdasarkan reaksi yang ditimbulkan dari pencampuran larutan fehling dengan larutan sampel yang diuji. Larutan fehling ini dibagi atas dua macam yaitu larutan fehling A (tembaga (II) sulfat atau CuSO4) dan larutan fehling B (KOH dan Natrium Kalium Tartarat).
Reagen fehling A dan B merupakan suatu pereaksi kimia yang digunakan dalam analisis kualitatif dan kuantitatif untuk mendeteksi adanya gula reduksi dan vitamin C. Tanpa adanya kedua larutan fehling ini pengujian gula pereduksi tidak dapat terjadi karena hasil uji diambil dari reaksi kedua larutan tersebut terhadap sampel yang diuji. Untuk lebih jelasnya tentang keduanya, berikut adalah pengenalan singkat mengenai reagen fehling A dan B yang telah dirangkum dalam penjelasan berikut!
Daftar Isi
Pengenalan Reagen Fehling A dan B
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya reagen fehling terdiri dari dua bagian yaitu fehling A dan fehling B. Pengujian fehling merupakan suatu metode kimia yang tentu dalam pelaksanaannya membutuhkan larutan kimia untuk menciptakan reaksi yang dapat mengidentifikasi sampel larutan yang diuji. Reaksi ini melibatkan larutan fehling A dan B.
Fehling A yang mengandung CuSO4, sedangkan fehling B mengandung NaOH dan Na-K-tartrat yang merupakan campuran alkasit. Kedua larutan fehling tersebut dibuat di laboratorium dengan mencampurkan dua larutan. Dimana fehling A tercipta dengan melarutkan larutan tembaga (II) sulfat dalam air suling dan beberapa tetes asam sulfat. Sedangkan fehling B adalah larutan garam yang tidak berwarna dan dibuat dengan natrium kalium tartrat dan natrium hidroksida dalam air suling.
Kegunaan Reagen Fehling A dan B
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya fehling A dan B menjadi cairan reagen yang digunakan dalam identifikasi gula reduksi dan penentuan konsentrasi gula pereduksi dalam sampel biologis atau pangan. Kedua Reagen A dan B memiliki aplikasi dan kegunaan yang berperan penting untuk optimalisasi proses uji fehling. Adapun kegunaan reagen fehling A dan B tersebut diantaranya :
- Analisis gula reduksi, Larutan ini digunakan dalam proses analisis ada tidaknya gula reduksi pada suatu sampel. Gula reduksi yang terkandung dalam suatu sampel merupakan suatu jenis karbohidrat yang dapat mengikat ion tembaga (Cu2+) dan menghasilkan endapan CuO2 yang berwarna merah. Dimana reagen fehling A yang mengandung CuSO4 dapat bereaksi dengan gula reduksi dan menghasilkan warna merah.
- Analisis Vitamin C, reagen fehling juga digunakan untuk mengidentifikasi kandungan vitamin C dalam suatu sampel yang diuji. Pada analisis ini reagen B yang mengandung NaOH dan Na-tertarat dapat bereaksi dengan vitamin C dan menghasilkan warna hijau. Reaksi ini terjadi akibat Vitamin C yang mengikat ion tembaga (Cu2+) dan menghasilkan reaksi warna hijau.
Cara Penggunaan Reagen Fehling A dan B
Berbicara mengenai uji fehling dengan memanfaatkan reagen fehling A dan B tentunya tidak lengkap jika tidak membahas bagaimana cara penggunaan uji glukosa dengan fehling a dan b. Secara umum prosedur pengujian ini menawarkan proses yang lebih mudah, praktis dan sederhana. Untuk mengetahui cara penggunaan reagen fehling A dan B dapat Anda simak berikut ini :
- Larutan fehling yang dibuat dengan masing-masing campuran larutan fehling A dan fehling B diletakkan dalam tabung reaksi.
- 1 ml sampel diambil dalam tabung reaksi kering
- Di tabung reaksi lain, masukan air suling yang diambil sebagai kontrol
- Ditambahkan 1 ml larutan fehling ke dalam kedua tabung reaksi
- Kedua tabung kemudian dipanaskan dengan suhu dan waktu tertentu.
- Jika telah terbentuk endapan merah menandakan hasil yang positif sampel mengandung glukosa
- Namun jika tidak terjadi endapan maka sampel tidak mengandung gula melainkan sukrosa atau pati
Keuntungan dalam Penggunaan Reagen Fehling A dan B
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya fehling a dan b untuk menguji kandungan gula pereduksi dalam suatu sampel larutan biologis maupun pangan. Penggunaan dari reagen fehling A dan B tentunya sangat menentukkan hasil uji fehling yang sebenarnya. Maka dari itu penggunaan reagen fehling A dan B memiliki aplikasi dan keuntungan. Adapun keuntungan dari masing-masing reagen yaitu :
Identifikasi Gula Reduksi
Reagen fehling A dengan kandungannya dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi gula reduksi dalam larutan. Dimana gula reduksi seperti glukosa, fruktosa, galaktosa, maltosa dan laktosa dapat mereduksi ion tembaga dari pereaksi benedict menjadi oksida tembaga merah. Adanya perubahan warna pada p-pencampuran larutan tersebut menandakan adanya gula reduksi.
Sedangkan reagen fehling B berguna bagi penentuan jenis gula reduksi dalam larutan. Gula reduksi dalam jumlah basa bersifat tautomerisasi dan membentuk enediol yang merupakan agen pereduksi yang kuat. Hasil reduksi dari ion tembaga yang terkandung dalam reagen fehling B menandakan adanya gula reduksi pada sampel biologis atau pangan yang diuji.
Penentuan Konsentrasi Gula
Baik reagen fehling A dan fehling B sama-sama digunakan untuk menentukkan konsentrasi gula dalam sampel biologis atau pangan. Dimana pembentukkan warna yang terjadi pada reaksi larutan yang diuji menunjukkan adanya gula reduksi yang dapat digunakan untuk menentukkan konsentrasi gula dalam larutan.
Keuntungan Relatif
Pada reagen fehling A digunakan untuk mengidentifikasi gula reduksi yang juga dapat menentukkan jenis reduksi. Sedangkan pada reagen fehling B digunakan untuk menentukkan konstrasi gula dalam larutan serta membedakan antara gula reduksi dengan sukrosa yang tidak mengandung gula.
Keterbatasan Reagen Fehling A dan B
Sebagai reagen yang membantu dalam proses uji fehling, reagen A dan reagen B memiliki sejumlah keterbatasan untuk melakukan pengujian secara lebih kompleks. Berikut ini telah artikel ini rangkum mengenai keterbatasan reagen fehling A dan B dalam pembahasan berikut ini :
Keterbatasan Fehling A
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya fehling A terbuat dari larutan CuSO4 (69,28 gram dalam 1 lt air). Lauran reagen ini memiliki keterbatasan yang meliputi :
- Kadar CuSO4 yang tinggi dapat menjadi penyebab reagen menjadi korosif dan mampu melarutkan struktur benda target yang justru berbahaya jika tidak diperhatikan dengan baik
- Larutan fehling A diharuskan disimpan pada wadah yang tertutup rapat dan terhindar dari kontaminasi air atau udara agar tidak merusak kualitasnya.
Keterbatasan Fehling B
Tidak hanya fehling A pada fehling B juga memiliki jumlah keterbatasan yang bisa tidak diperhatikan dapat merugikan proses pengujian. Fehling B yang terdiri dari larutan K-Na-Tartrat (352 gr) dan NaOH (154 gr) dalam 1 liter air memiliki keterbatasan yang diantaranya :
- Sama halnya seperti larutan fehling A. larutan fehling B harus disimpan pada wadah yang tertutup rapat dan kedap udara untuk menghindari kontaminasi air dan udara yang dapat merusak kualitas larutan.
- Zat kimia yang terkandung dalam larutan B juga menyebabkan korosif. Kadar K-Na-Tartrat yang tinggi dapat menyebabkan reagen bereaksi menjadi korosif yang merangsang terjadinya kerusakan dan kehancuran sat yang bersentuhan dengannya.
Kesimpulan
Itulah penjelasan yang dapat disampaikan dari artikel ini, dimana reagen fehling A dan B adalah suatu pereaksi kimia yang sangat berguna dalam analisis kualitatif dan kuantitatif yang akan mendeteksi ada tidaknya gula reduksi dan vitamin C. Dalam penggunaanya reagen fehling juga dapat membantu dalam menentukkan jenis karbohidrat dan kandungan vitamin C dalam suatu sampel. Semoga penjelasan dalam artikel ini dapat membantu menambah informasi Anda.