Riksa uji instalasi listrik merupakan proses untuk memastikan instalasi listrik telah mematuhi standar keselamatan dan keamanan yang ditetapkan. Proses ini adalah tahapan penting karena pemasangan listrik harus direncanakan secara matang dengan memilih peralatan yang tepat dan perhitungan teknis lainnya.
Dalam merencanakan pemasangan listrik, terdapat standar keselamatan listrik yang wajib ditaati untuk menjamin keamanan dari pengguna listrik maupun penghuni suatu bangunan. Yuk, ulas selengkapnya mengenai riksa uji instalasi listrik dari tujuan, manfaat, fator, dan berbagai informasi menarik.
Daftar Isi
Tujuan Riksa Uji Instalasi Listrik
Selain untuk memastikan keandalan instalasi listrik dan kesesuaiannya dengan standar keselamatan dan keamanan, riksa uji instalasi listrik memiliki tujuan lain sebagai berikut.
- Mengerti potensi bahaya listrik: dengan memperkirakan potensi bahaya listrik, kita dapat menyiapkan tindakan preventif untuk mencegah resiko kecelakaan kerja atau kebakaran yang mungkin terjadi.
- Mencegah kecelakaan kerja: instalasi listrik yang mengalami kebocoran atau gangguan lain dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Nah, riksa uji instalasi listrik dapat mencegah hal tersebut terjadi.
- Memperbaiki prosedur kerja: kesalahan pada prosedur kerja yang berkaitan dengan pemasangan listrik dapat diperbaiki dengan proses riksa ini.
- Memastikan instalasi listrik sesuai standar: untuk melindungi pengguna listrik, instalasi listrik harus sesuai dengan standar keamanan dan keselamatan yang berlaku.
- Memenuhi ketentuan perundang-undangan: dengan memastikan instalasi listrik telah memenuhi ketentuan undang-undang yang berlaku, maka keamanan instalasi listrik dapat terjamin.
Manfaat Riksa Uji Instalasi Listrik
Ada banyak manfaat yang diberikan dari melakukan riksa uji instalasi listrik. Salah satu diantaranya adalah meningkatkan keamanan dan kesehatan kerja karena proses ini akan memastikan instalasi listrik patuh pada standar keamanan. Anda bisa mengoptimalkan penggunaan energi listrik bila melakukan proses ini secara berkala, lalu manfaat yang didapatkan adalah peningkatan efisiensi penggunaan energi listrik.
Sementara pada industri, pelaksanaan proses riksa uji instalasi listrik dapat meningkatkan citra perusahaan karena instalasi listriknya sudah bersertifikasi. Penerapan dalam industri juga akan meningkatkan kualitas pelayanan karena instalasi listrik berfungsi dengan baik dan minim resiko.
Faktor Penentu Tingkat Bahaya Listrik
Nah, sebelum-sebelumnya kita sudah membahas pentingnya keamanan instalasi listrik. Tapi, tahukah Anda apa yang menentukan tingkat bahaya listrik? Sebenarnya, bahaya listrik ditentukan oleh beberapa faktor, seperti:
- Tegangan: tingkat bahaya listrik sangat dipengaruhi oleh tingkat tegangan listrik. Sengatan listrik dari tegangan yang tinggi lebih beresiko serius dan berbahaya.
- Arus: dampak dari sengatan listrik juga ditentukan dari besarnya arus listrik yang mengalir. Bila arus yang mengalir besar, maka tubuh akan mengalami kerusakan yang lebih parah.
- Tahanan: kelembaban kulit dan ukuran tubuh termasuk tahanan tubuh manusia yang memengaruhi tingkat bahaya listrik. Apabila tahanan tubuh rendah, aliran arus listrik lebih bebas dan bisa menyebabkan sengatan yang beresiko fatal.
Proses Riksa Uji Instalasi Listrik
Berikut ini adalah tahapan proses riksa uji instalasi listrik yang perlu dilalui untuk memastikan keamanan instalasi listrik. Prosesnya secara berurutan yaitu:
- Pemeriksaan data teknis
- Pengamatan sistem instalasi penangkal petir dan visual peralatan
- Pencatatan data lapangan
- Membandingkan kesesuaian teknis dengan aturan standar nasional
- Evaluasi teknis untuk standarisasi yang digunakan
- Analisa kelayakan instalasi/pemasangan
- Laporan hasil pemeriksaan
Jenis Instalasi yang Diperiksa
Kembali lagi pada prinsip utama riksa uji instalasi listrik, yang mana diperlukan untuk memastikan keandalan dan keamanan instalasi listrik. Di bawah ini ada beberapa jenis instalasi yang diperiksa oleh riksa uji instalasi listrik.
- Instalasi Listrik
- Instalasi Penyalur Petir
- Instalasi Penerangan
- Instalasi Tenaga
- Instalasi Sementara
- Instalasi Penerangan Darurat
- Sistem Alarm Kebakaran
- Komplek Hiburan
- Agrobisnis
- Penerangan Darurat
- Rumah Tinggal
- Bangunan Komersial
- Bangunan Industri
- Sekolah
- Rumah Sakit
Alat Proteksi Otomatis
Untuk memonitoring keamanan instalasi listrik secara berkala dan otomatis, Anda bisa coba gunakan alat proteksi otomatis yang umum dalam riksa uji instalasi listrik, diantaranya yakni:
- Residual current device (RCD): mengamankan arus residual dalam instalasi listrik yang tidak diinginkan
- Earth leakage circuit breaker (ELCB): mengamankan tegangan sentuh tidak langsung serta mencegah kecelakaan dengan menghentikan aliran listrik
- Ground fault circuit interruptor (GFCI): berfungsi untuk mendeteksi tegangan sentuh tidak langsung dan segera menghentikan laju aliran listrik
Standar dan Hukum Riksa Uji Instalasi
Perlu diketahui bahwa terdapat standar dan hukum riksa uji instalasi listrik yang perlu diperhatikan untuk memastikannya terpenuhi. Berikut adalah standar-standarnya.
- Undang-undang yang menyangkut tentang Instalasi Listrik: Pemeriksaan Berkala
- Standar K3 listrik di Indonesia: PUIL 2011
- Dasar hukum Instalasi Listrik: Permenaker No.12 tahun 2015
Pemeriksaan Berkala Berdasarkan Jenisnya
Sebaiknya riksa uji instalasi listrik dilakukan secara berkala dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Setiap jenis instalasi memiliki waktu ideal yang memerlukan pengujian. Riksa uji instalasi listrik dilakukan setiap 5 tahun pada jenis bangunan komersial, rumah tinggal, sekolah, dan rumah sakit.
Kemudian, bangunan industri, agrobisnis, dan penerangan darurat perlu dilakukan pengujian setiap 3 tahun sekali. Lalu instalasi komplek hiburan dan sistem alarm kebakaran perlu dicek setahun sekali. Sedangkan instalasi sementara memerlukan pengecekan rutin setiap 3 bulan.
Kesimpulan
Dalam memastikan keselamatan dan keandalan instalasi listrik, riksa uji instalasi listrik merupakan prosedur yang penting untuk dilakukan. Prosedur ini dapat mengurangi resiko kecelakaan, mematuhi standar keselamatan, meningkatkan keandalan operasional, mengurangi biaya perbaikan, dan memenuhi peraturan perundang-undangan.