Uji sitotoksik adalah prosedur yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan obat untuk mengevaluasi kemampuan suatu zat untuk merusak atau membunuh sel. Tujuan utama dari uji ini adalah untuk menilai efektivitas agen terhadap sel tertentu, seperti sel kanker atau sel normal yang mungkin terpengaruh.
Perlu Anda ketahui, sitotoksik ini adalah istilah yang merujuk pada zat atau agen yang dapat merusak atau membunuh sel-sel. Istilah ini sering digunakan dalam pengobatan kanker, di mana agen sitotoksik digunakan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh sel kanker.
Jika Anda ingin tahu berbagai hal yang berkaitan dengan uji sitotoksik, Anda bisa membacanya di sini dari keuntungan dan juga berbagai jenis uji pada uji sitotoksik.
Daftar Isi
Untuk Apa Uji Sitotoksik Dilakukan
Pertama, kita bahas terlebih dahulu tentang untuk apa uji sitotoksik ini dilaksanakan. Proses uji sitotoksik melibatkan paparan sel target kepada agen yang diuji, seperti obat-obatan, senyawa kimia, atau bahan alami. Setelah paparan, peneliti mengamati dan menganalisis respons sel terhadap agen tersebut. Evaluasi ini dilakukan dengan mengukur tingkat kerusakan atau kematian sel, serta efek lain seperti gangguan siklus sel atau perubahan morfologi sel.
Uji sitotoksik adalah salah satu pengujian yang dapat dilakukan untuk menilai kemampuan suatu zat atau agen dalam merusak atau membunuh sel-sel tertentu, baik sel kanker maupun sel normal yang mungkin terdampak. Tujuan utamanya adalah untuk mengidentifikasi dan menguji potensi agen-agen ini dalam menghambat pertumbuhan atau menginduksi kematian sel target.
Keuntungan dari Melakukan Uji Sitotoksik
Uji sitotoksik memiliki sejumlah keuntungan penting dalam penelitian dan pengembangan obat, terutama dalam pengobatan kanker dan biologi sel. Pertama, uji ini memungkinkan peneliti untuk secara sistematis mengevaluasi potensi agen baru dalam menghambat pertumbuhan sel kanker atau menginduksi kematian sel kanker. Dengan memahami tingkat sitotoksisitas suatu zat terhadap sel kanker, peneliti dapat memilih kandidat obat yang paling potensial untuk tahap pengembangan selanjutnya.
Selain itu, uji sitotoksik membantu mengidentifikasi dosis efektif dari suatu agen tanpa menyebabkan kerusakan signifikan pada sel normal. Ini sangat penting karena keberhasilan terapi kanker bergantung pada kemampuan agen untuk membunuh sel kanker sekaligus meminimalkan efek samping pada jaringan dan organ normal.
Keuntungan lain dari uji sitotoksik adalah kemampuannya memberikan wawasan tentang mekanisme kerja agen tersebut. Misalnya, uji ini dapat mengungkap apakah agen bekerja dengan mengganggu siklus sel, merusak DNA, atau melalui mekanisme lain yang spesifik terhadap sel kanker.
Parameter Uji dalam Uji Sitotoksik
Parameter yang digunakan dalam uji sitotoksik adalah IC50, yang menunjukkan konsentrasi yang diperlukan untuk menghambat 50% sel kanker.
Misalkan saja ada contoh pengujian sitotoksik, nilai IC50 adalah 117,87 μg/ml. Ekstrak dikatakan memiliki aktivitas sitotoksik jika nilai IC50 kurang dari 1000 μg/ml setelah 24 jam kontak dengan sel kanker.
3 Jenis Uji Sitotoksik dalam ISO 10993-5
Pengujian sitotoksik ini diatur di dalam ISO 10993-5. ISO merupakan standarisasi untuk berbagai pengukuran termasuk untuk berbagai pengujian. Ada 3 jenis uji sitotoksik di dalam ISO 10993-5, diantaranya adalah:
Uji Ekstrak
Uji ekstrak adalah penilaian cepat terhadap proliferasi sel dan uji kolorimetri sitotoksisitas untuk mengukur metabolisme atau fungsi sel yang digunakan
Kontak Langsung
Metode kontak langsung menghasilkan kontak langsung antara peralatan medis padat dengan sel mamalia yang dikultur secara in vitro. Uji sitotoksik dilakukan dengan mengamati perubahan morfologi dan mendeteksi perubahan jumlah sel; hal ini dapat secara langsung mencerminkan dampak pengujian perangkat medis pada sel.
Kontak Tidak Langsung
Maksud dari kontak tidak langsung di sini adalah filtrasi molekuler yang mendeteksi sitotoksisitas dengan mengevaluasi aktivitas efek monolayer suksinat dehidrogenase oleh perangkat medis. Sel monolayer dikultur pada filter ester selulosa terlebih dahulu dan media kultur asli kemudian diganti dengan media yang mengandung agar, sehingga media segar dapat membentuk gel pada sel.
2 Jenis Metode Dalam Uji Sitotoksik
Uji sitotoksik adalah salah satu uji in vitro yang sangat penting untuk penilaian kemampuan sebuah zat atau agen dalam merusak atau membunuh berbagai sel tertentu. Ini akan sangat penting untuk dunia farmasi.
Ada dua jenis metode yang digunakan dalam uji sitotoksik, di antaranya adalah:
- Metode Perhitungan Langsung (Direct Counting)
Metode direct counting dalam uji in vitro adalah salah satu teknik yang digunakan untuk menghitung jumlah sel yang hidup atau mati setelah mereka terpapar dengan suatu zat atau agen tertentu. Metode ini sering digunakan untuk mengukur efek sitotoksik dari bahan-bahan kimia atau obat-obatan terhadap kultur sel.
- Metode MTT Assay
Uji MTT assay adalah salah satu metode yang digunakan dalam penilaian sitotoksik. Metode ini menggunakan reagen MTT, yang merupakan garam tetrazolium. Reagen ini dapat diubah menjadi kristal formazan oleh enzim suksinat tetrazolium reduktase, yang hadir dalam jalur respirasi sel pada mitokondria yang aktif pada sel yang masih hidup.
Kristal formazan ini berwarna ungu dan dapat diukur absorbansinya menggunakan pembaca ELISA.
Pengaplikasian Uji Sitotoksik dalam Dunia Industri Farmasi
Penggunaan uji sitotoksik dalam industri farmasi sangat penting untuk mengidentifikasi potensi baru dari kandidat obat dalam pengobatan berbagai penyakit, khususnya kanker. Industri farmasi menggunakan uji sitotoksik untuk menilai seberapa efektif agen-agen baru dalam menghambat pertumbuhan atau membunuh sel kanker tanpa merusak sel-sel normal secara berlebihan.
Hasil dari uji ini memberikan informasi yang penting tentang toksisitas potensial suatu zat terhadap sel-sel kanker, yang membantu perusahaan farmasi dalam memilih kandidat terbaik untuk pengembangan lebih lanjut.
Secara keseluruhan, penerapan uji sitotoksik dalam industri farmasi mendukung pengembangan terapi yang lebih maju dan efektif untuk berbagai jenis penyakit, khususnya kanker, dengan tujuan utama meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup pasien secara global.
Kesimpulan
Uji sitotoksik adalah salah satu pengujian in vitro yang dilakukan untuk menilai kemampuan suatu zat atau agen dalam merusak atau membunuh sel-sel tertentu, baik itu sel kanker maupun sel normal yang mungkin terdampak. Tujuan utamanya adalah mengidentifikasi dan menguji potensi agen-agen ini dalam menghambat pertumbuhan atau menginduksi kematian sel target.